Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, menyebutkan bahwa FTBI melalui proses panjang dari pelatihan guru, monitoring, hingga pengimbasan ke sekolah-sekolah. Dukungan dari Dinas Pendidikan membuat kegiatan ini semakin meluas, dan tahun ini jumlah peserta meningkat pesat. Tantangan masih ada, terutama dalam kurikulum bahasa daerah, namun beberapa wilayah seperti Kepahiang dan Rejang Lebong kini sudah mengajarkan aksara ulu di sekolah.
Asisten I Setdaprov Bengkulu, Khairil Anwar, mewakili Gubernur, mengapresiasi FTBI sebagai upaya melestarikan bahasa daerah. Pemerintah Provinsi pun telah menerbitkan peraturan khusus untuk pelestarian ini. “Kami berharap bahasa daerah tetap hidup meski zaman berubah,” ujarnya.Sebagai penghargaan, pemenang lomba akan menerima piala, piagam, dan uang pembinaan hingga Rp 2 juta. Festival ini membuktikan komitmen Bengkulu dalam melestarikan bahasa daerah dan budaya leluhur. [Hsn]
0 Komentar