"Saya kecewa, saya merasa seleksi ini tidak netral dan tidak fair, yang mana saya tinggi 159 dan saat wawancara juga tidak ada satupun pertanyaan juri yang saya tidak tahu dan tidak saya jawab bahkan saya paparkan. Seperti soal stunting, pariwisata dan lain sebagainya. Saya tahu minimal tinggi gadis ini 160 cm. Tapi, yang saya tidak habis fikir, yang tinggi badan nya dibawah saya dan ada juga yang tidak bisa menjawab justru lulus, kan gak logis," jelas Elda.
Bahkan saat ia mengkonfirmasi mengapa demikian, Elda disebut tidak mengikuti proses seleksi. "Susah kalau Muratara masih memelihara orang-orang yang tidak profesional seperti ini," gerutunya.
Sambung Elda, ini bukan perkara lolos atau tidak lolosnya seleksi. Tapi lebih kepada membuktikan tingkat profesionalitas panitia penyelenggara dan dewan juri Bujang Ngen Gadis Muratara 2022.
"Yang saya lihat, memang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang telah ada, bisa diduga ada oknum yang bermain untuk kepentingan pribadi," ujarnya.
Masih menurut Elda, ia mulai mempertanyakan prihal anggaran yang dipergunakan pada penyelenggaraan seleksi Bujang Ngen Gadis Muratara 2022.
"Sepenglihatan saya, sepanjang proses seleksi, peserta tak mendapat konsumsi ataupun snack. Bahkan segelas air pun tak disediakan oleh panitia penyelenggara," ungkapnya.
Ia berharap, dengan kejadian ini, Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara dapat lebih selektif lagi dalam memilih SDM yang dijadikan panitia penyelenggara ataupun juri pada event Bujang Ngen Gadis Muratara.
"Jangan sampai, niat ingin berubah lebih baik malah dihancurkan oleh oknum-oknum yang tidak profesional," pungkas Elda. [El]
0 Komentar