Pasalnya, proyek drainase yang sudah berlangsung sejak tahun 2021 hingga tahun 2022 ini masih terus dikerjakan, tak sedikitpun memasang plang proyek ataupun papan informasi proyek yang mencantumkan nama kegiatan, besar anggaran, sumber dana, satuan kerja, serta kontraktor pelaksana maupun konsultan pengawas.
Hal ini membuat publik bertanya-tanya, apakah ini proyek Pemerintah, atau justru bangunan pribadi?"Plang proyek tidak ada pak, jadi kami bingung, ini proyek Pemerintah atau milik pribadi. Padahal proyek ini sudah dikerjakan sejak tahun 2021, hingga kini 2022 belum juga selesai dikerjakan," tutur Marsito salah seorang warga sekitar.
Menanggapi hal tersebut, Bens Indonesia mendatangi lokasi pekerjaan guna menggali informasi dari para pekerja drainase terkait kejelasan proyek tersebut.
"Ini proyek pusat pak. Anggarannya kami kurang tahu, kami disini diperintahkan untuk kerja oleh pak Dahlan dari PU Pusat. Untuk yang pelaksananya disini pak Yanto, keponakannya pak Kades Sungai Jauh. Kalau plang proyek memang tidak ada pak," tutur Agus selaku Kepala Tukang pekerjaan proyek drainase yang diwawancarai Bens Indonesia beberapa waktu lalu.
Lanjut Agus, proyek tersebut merupakan proyek tahun 2021. Dan mengalami keterlambatan pengerjaan lantaran sulitnya pasokan material batu dan pasir. Sehingga terlambat pengerjaan hingga tahun 2022.
"Ini proyek tahun 2021 pak, ini terlambat karena materialnya sulit didapat. Lihat saja, ada tumpukan batu saja disebelah sana, ada tumpukan pasir sedikit. Kami bekerja kalau materialnya ada. Mana kami belum gajian sampai hari ini, yang ada cuma pinjaman diberikan pak Yanto," paparnya.
Tak hanya masalah gaji, dan plang proyek yang tidak dipasang oleh pihak Kontraktor yang diungkapkan para pekerja. Direksi keet atau barak kerja pun tak nampak dilokasi, yang seyogyanya item tersebut ada pada poin pekerjaan persiapan.
"Barak kerja juga gak ada pak, kami kalau mau istirahat disinilah pak. Pasang 4 buah bambu sebagai tiang, diikat pada ujung terpal membentuk atap, untuk tempat kami beristirahat melindungi kami dari panas matahari," ungkapnya.Agus pun menjelaskan, dirinya bersama 29 orang pekerja dikontrak Dahlan yang disebut sebagai orang PU Pusat dan Yanto untuk membuat drainase sepanjang 6 km, mulai dari Terawas hingga ke Sungai Jauh yang terbagi dalam beberapa link.
"Kalau di total lebih kurang 6 km pak. Kami ada 8 tim, ada yang 3 orang satu tim, ada yang 4 orang satu tim. Semuanya sama pak, belum ada yang gajian. Hanya ada bentuknya pinjaman. Kalau dihitung gaji dibandingkan pinjaman, gak sampai setengah dari gaji kami yang telah dipinjamkan," jelas Agus.
Ia bersama para pekerja berharap, pihak Kontraktor dapat segera membayarkan gaji mereka, bukan hanya sebatas pinjaman.
"Kami ini seluruhnya tukang dari Merasi, hanya satu orang warga sini. Karena tidak ada barak kerja, jadi setiap hari kami bolak balik Merasi. Pinjaman dari bos pun tak cukup untuk minyak kami sehari-hari," pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Bens Indonesia di lokasi proyek tanpa plang "Siluman" tersebut, nampak pihak Kontraktor tidak mempertimbangkan kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
Pasalnya, proses adukan material pasir dan semen dilakukan diatas rumput dan tanah, tanpa menggunakan kotak adukan. Sehingga berpotensi tercampur material tanah dan zat lainnya, serta tumpahnya air semen yang dapat menyebabkan turunnya kualitas adukan semen yang dihasilkan.Hingga berita ini diterbitkan, pihak Bens Indonesia belum berhasil memperoleh keterangan dari pihak terkait. [BN1]
0 Komentar