Seperti halnya yang dilakukan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Kelas IIA Curup. Berbekal ide dan kreatifitas, WBP Lapas Curup, mampu menyulap batok kelapa yang selama ini hanya dijadikan bahan baku pembuatan arang. Kini, batok kelapa dapat dibuat menjadi pipa rokok yang unik.
"Mereka yang membuat pipa rokok ini ada 3 orang, yang dibimbing langsung oleh petugas kita. Selain mereka, ada 12 orang lainnya, dengan skill yang berbeda, terus kita asah. Diantaranya, skill membuat kerajinan tangan, bengkel las dan pertukangan, pembuatan meubeler, dan ada juga yang mengembangkan bisnis kopi Lacrele," terang Kalapas Kelas IIA Curup, Heri Azhari, Bc.I.P., S.Sos.
Tiga orang WBP yang menjadi pengrajin pipa rokok berbahan batok kelapa, yang diberikan arahan oleh petugas Lapas Kelas IIA Curup. Mulai dari proses pemilihan batok kelapa yang berkualitas baik dan tebal.
Kemudian, dilakukan pemotongan dan disatukan menjadi seperti pipa rokok. Selanjutnya, dihaluskan menggunakan amplas, dan pemberian lubang. Untuk finishing, pipa rokok yang telah jadi, kemudian di pernis untuk mengeluarkan ciri khas warna dari batok kelapa.
Sambungnya Heri, untuk sementara produksi kerajinan pipa rokok di Lapas Curup masih dalam skala kecil. Dalam sehari mampu memproduksi 15 pcs pipa rokok, dengan harga jual satuan berkisar Rp15 ribu sampai Rp20 ribu saja."Kedepan, jika memang respon pasar terhadap pipa rokok ini besar. Bukan tidak mungkin akan kita perbesar skala produksi," tambahnya.
Harga yang murah, dengan bahan baku yang mudah didapat, tentunya dapat mendukung penyelamatan satwa Gajah Sumatera yang selama ini gadingnya kerap digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pipa rokok.
"Tentunya, dengan kerajinan pipa rokok berbahan batok kelapa ini, dapat mendukung penyelamatan satwa, yang selama ini jadi bahan dasar pembuatan pipa rokok," tutup Heri. [BN1]
0 Komentar